Minggu, 27 November 2011

REALISME DAN FENOMENOLOGI BONEK (SUPORTER PERSEBAYA)

 
1. Realisme yang terjadi dalam kehidupan Bonek.
 
Realisme adalah suatu bentuk yang dapat merepresentasikan kenyataan.
Seperti realitas Bonek. Dimana, bonek yang terkenal sebagai pendukung
persebaya Surabaya, yang berhome base di Surabaya, sangat fanatik saat
mendukung tim kebanggannya tersebut. Apalagi saat persebaya bermain
tandang, khususnya di sekitar pulau jawa, banyak bonek akan ikut,
istilah dari bonek yaitu “tretetetet”, ke kota yang akan dituju
persebaya Surabaya. Itu sering membuat pihak keamanan kota yang akan
dituju persebaya Surabaya khawatir dengan keberadaan bonek. Dimana,
bonek juga terkenal dengan kebrutalannya. Tetapi hal itu tak
menyurutkan niat para bonek untuk tetap mendukung persebaya Surabaya
diman saja. Namun menariknya, justru orang-orang luar Surabaya lah
yang setia mendukung persebaya Surabaya dimana saja. Seperti contoh
saat persebaya Suarabaya tandang ke kota Bandung. Kebanyakan para
bonek berangkat dari stasiun kota Jember, Pasuruan, Sidoarjo, Jombang,
Mojokerto, Bojonegoro. Surabaya juga banyak. Namun jika ditilik
kembali, persebaya Surabaya, khususnya bonek, tidak hanya orang-orang
Surabaya saja, namun juga dari penjuru kota yang ada di jawa timur.
Saya ambil contoh saja Dirigen Bonek, Hamin Gimbal. Hamin adalah salah
satu Bonek yang bertinggal di Waru, Sidoarjo. Dia dan kawan-kawan
bonek dari waru selalu memenuhi jalan ahmad yani jika persebaya
Surabaya akan bertanding di Gelora 10 November Surabaya. Hamin
mempunyai rumah dan pangkas rambut di waru. Meskipun dia dirigen dari
bonek yang terkenal sebagai pendukung persebaya Surabaya tetapi dia
hidup dan tinggal di daerah waru Sidoarjo.
 
 
2. Fenomenologi yang terjadi di sekitar.
 
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang
mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam
filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang
mempelajari arti daripada fenomena ini. Saya ambil contoh fenomenologi
dari bonek kembali. Mengapa rata-rata para bonek justru orang-orang
dari luar atau pinggiran kota Surabaya? Hal itu merupakan fenomena
yang harus kita refleksikan bersama khususnya untuk warga Surabaya
sendiri. Kenapa jumlah bonek asli Surabaya kalah dengan jumlah bonek
keseluruhan yang berada di luar kota Surabaya?
       Hal itu terjadi karena, di saat Surabaya bergeser status dari kota
biasa menjadi kota yang menjadi basis industri Indonesia bagian timur.
Jika Jakarta menjadi kota Industri bagian barat Indonesia, Surabaya
menjadi kota penopang ekonomi (industri) bagian timur Indonesia. Itu
membuat banyaknya gedung-gedung bertingkat dan pabrik-pabrik berdiri
di kota Surabaya. Yang dahulunya di sekitar Surabaya banyak
perkampungan, kini menjadi banyak gedung-gedung yang berdiri kokoh di
tengah-tengah kota Surabaya. Hal ini pula yang membuat warga asli
Surabaya bergeser dari tempat tinggalnya. Yang dahulu berada di tengah
kota Surabaya, kini menjadi di pinggir kota Surabaya. Dan juga adanya
pabrik-pabrik yang berdiri di pinggir-pinggir kota Surabaya, hal itu
membuat warga suarabaya juga bergeser. Dari pinggir kota Surabaya
menjadi di luar/wilayah perbatasan kota Surabaya dengan kota sekitar
Surabaya. Adapula dengan keberadaan Surabaya menjadi kota industri
membuat warganya berpindah kota yang jauh dari Surabaya lantaran tak
cocok lagi dengan life style yang ada di Surabaya.
       Hal itulah yang membuat banyaknya bonek dari luar kota Surabaya itu
sendiri. Namun bukan hal itu saja yang membuat bonek ada di luar dari
kota Surabaya, nama persebaya sendirilah yang membuat magnet para
pecinta sepak bola ingin menjadi pendukung persebaya. Hal itu pula
yang membuat mereka mau tak mau menjadi seorang bonek yang terkenal
dengan kebrutalannya meskipun pencinta persebaya tersebut cinta damai.