Minggu, 25 Desember 2011

Minggu, 04 Desember 2011


Mungkin ada yang mengenal sebuah acara di Amerika yang sering di tampilkan pada sebuah stasiun televisi STAR WORLD yang berjudul "HELL'S KITCHEN" ? ya, memang acara ini asing bagi telinga kita sebagai orang Indonesia. dimana acara tersebut tidak ditampilkan pada stasiun televisi lokal kita kecuali "MASTER CHEF". acara "HELL'S KITCHEN"ini adalah sebuah perlombaan ataupun persaingan antara para chef - chef yang sudah mumpuni keahliannya dalam memasak atau juga rakyat sipil yang memang jago dalam bidang memasak yang terbagi dalam dua tim (tim biru dan tim merah). dimana persaingan tersebut tak lain adalah memperebutkan sebuah hadian utama yang menurut logika sangat menggiurkan. dimana sang pemenang akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang direktur sekaligus kepala chef dari sebuah restaurant mewah yang sudah disiapkan. tidak hanya itu, sang pemenang juga mendapatkan gaji setiap bulannya sekitar puluhan bahkan ratusan dollar. huum... siapa yang tak ingin mendapatkan sebuah pencapaian yang menggiurkan tersebut. namun untuk mendapatkan hal itu tidak lah mudah. sebagai peserta kita harus bekerja terlebih dahulu (magang) bisa juga dibilang penyeleksian untuk mengukur kemampuan individu, kerja sama tim, uji kendali mutu, dan kepemimpinan di dalam sebuah restaurant yang bernama HELL’S KITCHEN. empat hal tersebut mutlak dipunyai oleh seorang juara nantinya.

chef Ramsey. direktur dan kepala chef restaurant HELL'S KITCHEN.
Hal yang menarik pada acara ini adalah adanya seorang kepala chef sekaligus direktur yang bernama Gordon Ramsey pada restaurant HELL’S KITCHEN. jadi, semua kendali, perintah, mutu masakan, taraf tekstur masakan telah menjadi kewenangan beliau dalam menentukan layak tidaknya sebuah masakan tersebut disajikan untuk pelanggannya. Sejatinya, seorang kepala chef sekaligus direktur dari sebuah restaurant tidak akan mau mengacewakan pelangganya lantaran sebuah masakan yang tidak layak untuk disajikan di sebuah restaurant berkelas mewah di mata masyarakat Amerika. Untuk itu, chef Ramsey sangat ketat dalam menilai dan mengamati setiap hasil masakan yang disajikan oleh para peserta HELL’S KITCHEN. Cara yang ketat tersebut ditunjukan dengan perilaku ala “MILITER”. Wow, sungguh mengejutkan bagi kita bila melihat sekilas, seorang chef bukanlah seorang prajurit yang harus digembleng kedisiplinanya untuk berperang di medan perang namun sebagai juru masak yang mengasilkan maskan bagi pelanggannya. Rasa enak cukup sebagai chef untuk menenujukan kemampuannya dalam memasak. Tetapi lain halnya dengan chef Ramsey, beliau memiliki kriteria tersendiri di setiap masakan dan makanan yang tercantum dalam menu pada restaurantnya. Dia tidak mau bahkan menolak dengan kata-kata yang tak semestinya kepada peserta yang tak mengikuti standartnya dalam mengolah masakan. Memang pada acara ini, chef Ramsey sering mengeluarkan kata-kata kotor kepada para peserta yang salah dalam menjalankan standart versi dirinya dalam hal memasak. Itu dilakukan karena beliau ingin para peserta menghasilkan sebuah masakan yang layak bagi pelanggannya. Tidak hanya hasil maskananya saja yang diperhatika oleh beliau, tata kelola kerja dalam memasak pun tak luput dari pandangannya. Karena bagi beliau, pelanggan adalah seorang raja baginya. Dan juga standart itu pula yang menjadikan restaurantnya menjadi restaurant yang berkelas di Amerika.
berbagai ekspresi chef Ramsey dalam memimpin para peserta :

Memang pernah beredar kabar jika sekolah khusus bagi seseorang yang menjadi chef di Amerika sangat ketat dan seperti militer. Kedisiplinan, keuletan, kelincahan dalam memasak sangat dibutuhkan dalam diri seorang chef. Hal tersebut pernah saya dapatkan dari statement seorang chef terkenal Indonesia pada sebuah surat kabar. Chef tersebut seorang juri dari perlombaan memasak di salah satu stasiun televisi swasta dan pemilk sebuah restaurant ternama di Jakarta. Chef tersebut berkata jika chef – chef yang ada di Amerika di didik sangat ketat dan disiplin ala militer. Gak salah jika chef tersebut juga agak ketus dalam menilai hasil masakan peserta perlombaan masak tersebut. Apakah chef tersebut gayanya ngikut chef Ramsey atau emang gitu gayanya? Cuma chef tersebut yang tau.

Rob
Salah satu peserta yang pernah merasakan kejamnya seorang chef Ramsey adalah Rob. Peserta ini salah dalam memasak kerang. Bagi ramsey, kerang yang di masak Rob belum matang. Padahal bagi orang – orang dan perseta lain dan juga penilaian Rob, kerang itu sudahlah matang. Tak pelak si Rob ini mendapatkan omelan yang tak senonoh dari chef Ramsey. Berkali-kali dia memasak kerang untuk mengulangnya,tetap saja chef Ramsey tak menerima kerang dari Rob untuk dihidangkan kepada pelanggan. Menurut Rob, hal itu wajar jika chef Ramsey tak menerima dan ngomel-ngomel terhadap kinerja dan hasil masakannya, lantaran chef Ramsey memiliki standart tersendiri bagi restauranya.

Lain halnya dengan peserta yang bernama Joseph. Kerasnya perlakuan chef Ramsey terhadap para peserta membuatnya gerah. Dia menilai tidak sepatutnya seorang kepala chef memaki-maki para peserta yang berkeja keras untuk mengahsilkan masakan sesuai dengan standartnya. Ketidakseganan joseph kepada chef Ramsey sudah terlihat pada awal episode pertama sesi ke-6 HELL’S KITCHEN. Dimana pada statementnya, dia tak akan akur dengan gaya chef Ramsey yang sering memperlakukan peserta bak binatang. Tak pelak, perang antara Joseph dengan chef Ramsey memuncak pada sesi eliminasi. Dimana chef Ramsey menginginkan tim yang kalah dalam melayani pelanggan untuk mengajukan dua nama agar di eliminasi dari HELL’S KITCHEN lantaran performanya yang tak sesuai dengan tim. Pada saat chef Ramsey bertanya kepada Joseph mengenai siapa dan kenapa seseorang tersebut dinominasikan untuk di eliminasi, joseph malah membela anggota timnya jika semua anggota timnya bekerja dengan keras. Tak pelak hal itu membuat chef Ramsey berang. Sudah terbukti jika tim dari Joseph tidak dapat menghasikan sebuah masakan yang sesuai dengan standart chef Ramsey. namun Joseph tak kalah berang. Dia berjalan menuju chef Ramsey sambil melempar baju khas chef kearah chef Ramsey sambil berkata “IM NOT YOUR B*TCH”.
Jika ingin tahu video perang kata antara Joseph dan chef Ramsey klik pada kalimat berikut.
chef ramsey vs joseph[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=COhkEpZmTUI][youtube=http://www.youtube.com/watch?v=u7GXS7dZjxI&NR=1]

Nona
Lain halnya dengan cerita dari sang pemenang HELL’S KITCHEN sesi ke-8. Dia bernama Nona. Sebagai peserta non chef, dia mendapatkan cercaan dan tekanan bertubi-tubi dari chef Ramsey lantaran selalu menghasilkan masakan yang tidak sesuai dengan standartnya pada awal persaingan. Hal seperti itu sempat membuatnya frustasi. Namun pada menjelang akhir kompetisi, dia belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah ia buat. Dia selalu berhasil mengeksekusi semua masakan yang dperintahklan chef Ramsey dengan benar. Hal tersebut membuat Nona di atas angin untuk mendapatkan pujian terus menerus dari chef Ramsey. “TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN”. Pada akhirnya peserta yang notobene bukanlah seorang chef dapat memenangkan sebuah lomba yang mungkin dianggap para chef-chef di Amerika adalah lomba yang benar-benar kejam seperti api neraka.
Dan bagaimana jika lomba seperti ini di adakan di Indonesia???

tanya gimana????

Aspek Intertekstual dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA karya Agus Noor



  
Intertekstual adalah sebuah kata yang tergabung dari kata inter dan teks. Kata tersebut jika digabungkan akan memiliki arti “antar teks” atau “hubungan antar teks”. Dan mempunyai skema; Teks à Realitas à Kesatuan Verbal
Dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA karya Agus Noor mempunyai teks teks tertulis yang terkait dengan cerpen lainnya, Yaitu cerpen TELINGA karya Seno Gumira Ajidarma. dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA terdapat tokoh yang sebelumnya muncul dalam cerpen TELINGA, yaitu Alina. Namun tokoh alina pada cerpen TELINGA hanya sebagai sosok yang mendapatkan sebuah kisah tentang kekejaman yang diceritakan oleh juru cerita. Sang juru cerita menceritakan tentang sesosok perempuan bernama Dewi yang mendapatkan potongan-potongan telinga dari kekasihnya yang berada di medan perang. Dan jika dibandingkan dengan  tokoh alina pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA, dia mendapatkan sebuah kiriman potongan-potongan telinga yang ia dapatkan dari kekasihnya yang berada di negeri senja. Tentu saja terdapat perbedaan dalam pemanfaatan penokohan antara alina dalam cerpen TELINGA dengan Alina dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Namun demikian, pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA telah terkandung teknik intertekstual yang mengingatkan pembaca saat membaca teks cerpen tersebut terhadap teks cerpen yang lain. Selain tokoh Alina pada cerpen tersebut, ada teks-teks lain yang dapat membangun teknik intertekstual pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Seperti;
“ketika akhirnya Maneka membuka bungkusan itu, ia makin berdebar dan terpana. Sepotong bibir! Semula Maneka menyangka itu bibir mainan dari karet”.
Pada teks tersebut, dapat membuat para pembaca teringat oleh jalan cerita yang juga terjadi pada cerpen TELINGA. Pada saat itu tokoh Dewi terkejut dengan bungkusan amplop yang ia terima dari pacarnya. Amplop tersebut berisi potongan telinga yang ia kira telinga tersebut hanyalah sebuah mainan. Namun setelah ia perhatikan secara seksama, ternyata telinga tersebut ternodai oleh bercak darah yang masih fresh. Jalan cerita tersebut sangat mirip dengan tokoh Maneka saat menerka-nerka dengan sepotong bibir yang ia terima dari Sukab, tidak lain adalah kekasihnya yang berada di negeri senja. Teknik Intertekstual yang terlibat dalam pembuatan dua cerpen tersebut sangat mendominasi khususnya bagi para pembaca. Tidak hanya pemilihan diksi saja, melainkan scene  yang dibuat pada dua cerpen tersebut juga hampir sama.  Seperti saat pada cerpen TELINGA dimana ketika itu Dewi  ingin memamerkan potongan telinga tersebut pada teman-teman dan keluarganya. Disaat potongan telinga-telinga itu dipamerkan, tidak ada satu pun dari teman-temannya yang merasi jijik dengan potongan telinga tersebut. Malahan kebanyakan dari temna-temannya ingin memiliki sebagian dari potongan telinga tersebut sebagai  cindera mata. Scene tersebut juga terjadi pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Disaat Maneka memamerkan sepotongan bibir tersebut kepada  Alina dan warga-warga disekitar , tidak ada seorang pun yang jijik dengan sepotong bibr tersebut. Malahan setiap orang yang melihat sepotong bibir tersebut akan terpukau disaat bibir tersebut mengeluarkan kata-kata aneh. Tidak hanya itu saja hal-hal yang mempunyai kesamaan dalam dua cerpen tersebut. Pada cerpen TELINGA, terdapat scene dimana telinga yang Dewi dapatkan seakan-akan telah hidup dan melakukan fungsi dari anatomi telinga tersebut. Seperti telinga tersebut dapat mendengarkan apapun yang bersuara di ruangan Dewi. Scene tersebut juga terjadi pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Dimana pada saat itu sepotong bibir yang Maneka dapat dari Sukab seolah-olah telah hidupa dan melakukan proses bicara menurut fungsi dari anatomi bibir seperti biasa.
            Dari analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA telah disusun dengan menggunakan teknik intertekstual. dimana pada saat membaca teks-teks cerpen tersebut  membuat para pembaca teringat oleh sesuatu tek-teks yang sebelumnya sudah ada pada sebuah cerpen. Dimana cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA telah mengalami teknik intertekstual dengan cerpen TELINGA. Tidak dipungkiri jika teknik intertekstual  akan menyertakan teks lain sebagai pembanding sekaligus pengingat sebuah sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

Antara Kreativitas dan Plagiatisme dalam puisi KERENDAHAN HATI karya Taufik Ismail

Be The best of Whatever You Are
DOUGLAS MALLOCH’S
If you can’t be a pine on the top of the hill,
Be a scurb in the valley – but be
The best little scurb by the side of the hill;
Be a bush if you can’t be a tree.

If you can’t be a bush be a bit of the grass,
And some highway happier make;
If you can’t be a muskie then just be a bass –
But the liveliest bass in the lake !

We can’t all be captains, we’ve got to be crew,
There’s something for all of us here,
There’s big work to do, and there’s lesser to do
And the task you must do is the near.

If you can’t be a highway then just be a trail,
If you can’t be the sun be a star;
It isn’t by size that you win or you fail –
Be the best of whatever you are !


Kerendahan Hati
TAUFIK ISMAIL
Kalau engkau ta sanggup mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, jadilah saja rumput, tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggir jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil, tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Permasalahan mengenai plagiatisme yang dilakukan oleh penyair terkenal Indonesia yaitu Taufik Ismail sangat menggetarkan publik/rakyat Indonesia. Bagaimana tidak? Penyair sekelas Tafuik Ismail dituduh telah melakukan kegiatan yang sangat diharamkan di dunia penulisan karya sastra. Tidak hanya penulisan karya sastra, semua  jenis kegiatan penulisan pun mengharamkan kegiatan plagiatisme. Plagiatisme sendiri adalah suatu kegiatan yang menjiplak karya seseorang dan mengakui jika hasil penjiplakan itu adalah murni dari hasilnya sendiri. Itu sangat dilarang dalam dunia keilmuan. Hal itu dapat dipermasalahkan di meja hukum karena pelanggaran hak cipta.
Menurut pengamatan saya, puisi yang diciptakan oleh Taufik Ismail bukanlah suatu kegiatan plagiatisme, melainkan sebuah karya yang terinspirasi oleh sajak-sajak puisi yang diciptakan Douglas Malloch’s. hasil puisi Kerendahan Hati milik Taufik Ismail tidak menjiplak sama sekali dari karya puisi Douglas Malloch’s. hanya sturktur yang digunakan Taufik Ismail dalam puisinya menyamai puisi ciptaan Douglas Malloch’s. seperti penggunaan diksi “if” dalam puisi Douglas Malloch’s dan penggunaan diksi “jika” dalam puisi Taufik Ismail. Arti dari Bahasa Indonesia if adalah jika. Persoalannya adalah ada pada penggunaan diksi diantara dua puisi tersebut. Dan juga susunan kosakata yang memiliki pengartian yang sama. Namun ada pula penggunaan kata-kata yang sama dengan puisi Douglas Malloch’s. seperti;

Douglas Malloch’s                                    Taufik Ismail
Pine                                                     beringin
Bush                                                    belukar
Grass                                                   rumput
Captain                                                kapten
Crew                                                   awak
Lake                                                    danau
            Secara fakta, proses pembuatan puisi Douglas Malloch’s terlebih dahulu hadir ketimbang dengan hasil karya Taufik Ismail. Secara sekilas pembacaan secara menyeluruh dalam tahap pertama, kita akan berpikir bahwa puisi Taufik Ismail ini benar-benar hasil penjiplakan karya puisi dari Douglas Malloch’s.karena melihat dari sturktur kata dan penggunaan kata-katanya.  Tetapi setelah pembacaan yang berulang-ulang dan menganalisis setiap bait dari masing- masing bait, jelas terlihat bahwa puisi-puisi tersebut berbeda satu sama lain. Secara dari diksi judul, sudah memiliki perbedaan. Jika kita membaca puisi karya Douglas Malloch’s tanpa berpikir mengenai puisi karya Taufik Ismail, kita akan mengetahui secara langsung yang ingin disampaikan dalam puisi karya Douglas Malloch’s tersebut. Karena sajak-sajak yang ia buat disesuaikan dengan judul puisi. Dan sebaliknya. Jika kita membaca puisi karya Taufik Ismail tanpa mengingat puisi karya Douglas Malloch’s, kita akan mengetahui maksud yang ingin disampaikan oleh sang pencipta kepada pembaca. Kita harus tidak lupa dengan judul dari setiap puisi-puisi tersebut. Douglas Malloch’s menciptakan puisi denga judul “Be the best of whatever you are”. Dalam setiap sajaknya bermakna tentang pesan-pesan yang menginginkan seseorang menjadi dirinya sendiri tanpa meniru-niru orang lain. Jadilah dirimu sendiri semampumu. Apapun yang terjadi dan siapapun kamu menjadi, tetaplah menjadi dirimu sendiri. Hal itulah yang ingin disampaikan oleh puisi karya Douglas Malloch’s.
Sedangkan puisi yang ingin disampaikan dari karya Taufik Ismail adalah tentang kerendahan suatu hati yang kita miliki. Judul dari puisi tersebut adalah “kerendahan hati”. Dimana karya puisi tersebut bermakna tentang diri kita yang harus siap menerima apapun yang akan kita capai sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Setelah kita capai apa yang kita dapatkan sesuai dengan kemampuan kita, maka selanjutnya kita harus bisa memberikan hal yang terbaik bagi siapapun yang membutuhkan sesuai yang kita dapatkan dari hasil upaya kita sendiri. Jadilah seseorang yang berfungsi dan berguna bagi orang lain dari apa yang kita dapatkan. Hal itulah yang ingin disampaikan dalam karya puisi Taufik Ismail. Jadi menurut saya puisi karya Douglas Malloch’s dengan Taufik Ismail bukanlah sebuah kasus plagiatisme, melainkan sebuah karya yang mempunyai pemaknaan yang afirmatif bagi setiap pembacanya.

Minggu, 27 November 2011

REALISME DAN FENOMENOLOGI BONEK (SUPORTER PERSEBAYA)

 
1. Realisme yang terjadi dalam kehidupan Bonek.
 
Realisme adalah suatu bentuk yang dapat merepresentasikan kenyataan.
Seperti realitas Bonek. Dimana, bonek yang terkenal sebagai pendukung
persebaya Surabaya, yang berhome base di Surabaya, sangat fanatik saat
mendukung tim kebanggannya tersebut. Apalagi saat persebaya bermain
tandang, khususnya di sekitar pulau jawa, banyak bonek akan ikut,
istilah dari bonek yaitu “tretetetet”, ke kota yang akan dituju
persebaya Surabaya. Itu sering membuat pihak keamanan kota yang akan
dituju persebaya Surabaya khawatir dengan keberadaan bonek. Dimana,
bonek juga terkenal dengan kebrutalannya. Tetapi hal itu tak
menyurutkan niat para bonek untuk tetap mendukung persebaya Surabaya
diman saja. Namun menariknya, justru orang-orang luar Surabaya lah
yang setia mendukung persebaya Surabaya dimana saja. Seperti contoh
saat persebaya Suarabaya tandang ke kota Bandung. Kebanyakan para
bonek berangkat dari stasiun kota Jember, Pasuruan, Sidoarjo, Jombang,
Mojokerto, Bojonegoro. Surabaya juga banyak. Namun jika ditilik
kembali, persebaya Surabaya, khususnya bonek, tidak hanya orang-orang
Surabaya saja, namun juga dari penjuru kota yang ada di jawa timur.
Saya ambil contoh saja Dirigen Bonek, Hamin Gimbal. Hamin adalah salah
satu Bonek yang bertinggal di Waru, Sidoarjo. Dia dan kawan-kawan
bonek dari waru selalu memenuhi jalan ahmad yani jika persebaya
Surabaya akan bertanding di Gelora 10 November Surabaya. Hamin
mempunyai rumah dan pangkas rambut di waru. Meskipun dia dirigen dari
bonek yang terkenal sebagai pendukung persebaya Surabaya tetapi dia
hidup dan tinggal di daerah waru Sidoarjo.
 
 
2. Fenomenologi yang terjadi di sekitar.
 
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang
mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam
filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang
mempelajari arti daripada fenomena ini. Saya ambil contoh fenomenologi
dari bonek kembali. Mengapa rata-rata para bonek justru orang-orang
dari luar atau pinggiran kota Surabaya? Hal itu merupakan fenomena
yang harus kita refleksikan bersama khususnya untuk warga Surabaya
sendiri. Kenapa jumlah bonek asli Surabaya kalah dengan jumlah bonek
keseluruhan yang berada di luar kota Surabaya?
       Hal itu terjadi karena, di saat Surabaya bergeser status dari kota
biasa menjadi kota yang menjadi basis industri Indonesia bagian timur.
Jika Jakarta menjadi kota Industri bagian barat Indonesia, Surabaya
menjadi kota penopang ekonomi (industri) bagian timur Indonesia. Itu
membuat banyaknya gedung-gedung bertingkat dan pabrik-pabrik berdiri
di kota Surabaya. Yang dahulunya di sekitar Surabaya banyak
perkampungan, kini menjadi banyak gedung-gedung yang berdiri kokoh di
tengah-tengah kota Surabaya. Hal ini pula yang membuat warga asli
Surabaya bergeser dari tempat tinggalnya. Yang dahulu berada di tengah
kota Surabaya, kini menjadi di pinggir kota Surabaya. Dan juga adanya
pabrik-pabrik yang berdiri di pinggir-pinggir kota Surabaya, hal itu
membuat warga suarabaya juga bergeser. Dari pinggir kota Surabaya
menjadi di luar/wilayah perbatasan kota Surabaya dengan kota sekitar
Surabaya. Adapula dengan keberadaan Surabaya menjadi kota industri
membuat warganya berpindah kota yang jauh dari Surabaya lantaran tak
cocok lagi dengan life style yang ada di Surabaya.
       Hal itulah yang membuat banyaknya bonek dari luar kota Surabaya itu
sendiri. Namun bukan hal itu saja yang membuat bonek ada di luar dari
kota Surabaya, nama persebaya sendirilah yang membuat magnet para
pecinta sepak bola ingin menjadi pendukung persebaya. Hal itu pula
yang membuat mereka mau tak mau menjadi seorang bonek yang terkenal
dengan kebrutalannya meskipun pencinta persebaya tersebut cinta damai.