Minggu, 04 Desember 2011

Aspek Intertekstual dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA karya Agus Noor



  
Intertekstual adalah sebuah kata yang tergabung dari kata inter dan teks. Kata tersebut jika digabungkan akan memiliki arti “antar teks” atau “hubungan antar teks”. Dan mempunyai skema; Teks à Realitas à Kesatuan Verbal
Dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA karya Agus Noor mempunyai teks teks tertulis yang terkait dengan cerpen lainnya, Yaitu cerpen TELINGA karya Seno Gumira Ajidarma. dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA terdapat tokoh yang sebelumnya muncul dalam cerpen TELINGA, yaitu Alina. Namun tokoh alina pada cerpen TELINGA hanya sebagai sosok yang mendapatkan sebuah kisah tentang kekejaman yang diceritakan oleh juru cerita. Sang juru cerita menceritakan tentang sesosok perempuan bernama Dewi yang mendapatkan potongan-potongan telinga dari kekasihnya yang berada di medan perang. Dan jika dibandingkan dengan  tokoh alina pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA, dia mendapatkan sebuah kiriman potongan-potongan telinga yang ia dapatkan dari kekasihnya yang berada di negeri senja. Tentu saja terdapat perbedaan dalam pemanfaatan penokohan antara alina dalam cerpen TELINGA dengan Alina dalam cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Namun demikian, pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA telah terkandung teknik intertekstual yang mengingatkan pembaca saat membaca teks cerpen tersebut terhadap teks cerpen yang lain. Selain tokoh Alina pada cerpen tersebut, ada teks-teks lain yang dapat membangun teknik intertekstual pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Seperti;
“ketika akhirnya Maneka membuka bungkusan itu, ia makin berdebar dan terpana. Sepotong bibir! Semula Maneka menyangka itu bibir mainan dari karet”.
Pada teks tersebut, dapat membuat para pembaca teringat oleh jalan cerita yang juga terjadi pada cerpen TELINGA. Pada saat itu tokoh Dewi terkejut dengan bungkusan amplop yang ia terima dari pacarnya. Amplop tersebut berisi potongan telinga yang ia kira telinga tersebut hanyalah sebuah mainan. Namun setelah ia perhatikan secara seksama, ternyata telinga tersebut ternodai oleh bercak darah yang masih fresh. Jalan cerita tersebut sangat mirip dengan tokoh Maneka saat menerka-nerka dengan sepotong bibir yang ia terima dari Sukab, tidak lain adalah kekasihnya yang berada di negeri senja. Teknik Intertekstual yang terlibat dalam pembuatan dua cerpen tersebut sangat mendominasi khususnya bagi para pembaca. Tidak hanya pemilihan diksi saja, melainkan scene  yang dibuat pada dua cerpen tersebut juga hampir sama.  Seperti saat pada cerpen TELINGA dimana ketika itu Dewi  ingin memamerkan potongan telinga tersebut pada teman-teman dan keluarganya. Disaat potongan telinga-telinga itu dipamerkan, tidak ada satu pun dari teman-temannya yang merasi jijik dengan potongan telinga tersebut. Malahan kebanyakan dari temna-temannya ingin memiliki sebagian dari potongan telinga tersebut sebagai  cindera mata. Scene tersebut juga terjadi pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Disaat Maneka memamerkan sepotongan bibir tersebut kepada  Alina dan warga-warga disekitar , tidak ada seorang pun yang jijik dengan sepotong bibr tersebut. Malahan setiap orang yang melihat sepotong bibir tersebut akan terpukau disaat bibir tersebut mengeluarkan kata-kata aneh. Tidak hanya itu saja hal-hal yang mempunyai kesamaan dalam dua cerpen tersebut. Pada cerpen TELINGA, terdapat scene dimana telinga yang Dewi dapatkan seakan-akan telah hidup dan melakukan fungsi dari anatomi telinga tersebut. Seperti telinga tersebut dapat mendengarkan apapun yang bersuara di ruangan Dewi. Scene tersebut juga terjadi pada cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA. Dimana pada saat itu sepotong bibir yang Maneka dapat dari Sukab seolah-olah telah hidupa dan melakukan proses bicara menurut fungsi dari anatomi bibir seperti biasa.
            Dari analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA telah disusun dengan menggunakan teknik intertekstual. dimana pada saat membaca teks-teks cerpen tersebut  membuat para pembaca teringat oleh sesuatu tek-teks yang sebelumnya sudah ada pada sebuah cerpen. Dimana cerpen SEPOTONG BIBIR PALING INDAH DI DUNIA telah mengalami teknik intertekstual dengan cerpen TELINGA. Tidak dipungkiri jika teknik intertekstual  akan menyertakan teks lain sebagai pembanding sekaligus pengingat sebuah sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

1 komentar: